“Merebai”
Ini
adalah sebuah cerita dari zaman dahulu kala. Dahulu ada seorang yang berasal
dari Lungkung Manah, tidak jauh dari bagian hulu Sepauk. Nama orang itu adalah
Merebai. Pada saat itu, Merebai ini ingin menjual garam ke daerah hulu
Tempunak. Tidak terlalu banyak garamnya, lebih kurang delapan ratus kilogram.
Karena tidak ada jalan lain, maka Merebai melewati jalur sungai Tempunak.
Mudiklah Merebai ini dengan menggunakan perahu. Setelah agak jauh dia mudik, tiba-tiba dia melihat sungainya tidak bisa di lewati karena terhalang oleh akar Tempunak. Lalu Merebai mencoba untuk memotong akar tersebut. Akar itu sangat panjang sampai ke Nanga Kedah. Setelah selesai memotong akar tersebut, tiba-tiba air sungai Tempunak menerjang dan kemudian menghantam hingga ke seberang Sungai Kapuas, lalu kemudian terbentuklah sungai kecil yang sekarang di sebut dengan nama sungai Tempunak Senik.
Mudiklah Merebai ini dengan menggunakan perahu. Setelah agak jauh dia mudik, tiba-tiba dia melihat sungainya tidak bisa di lewati karena terhalang oleh akar Tempunak. Lalu Merebai mencoba untuk memotong akar tersebut. Akar itu sangat panjang sampai ke Nanga Kedah. Setelah selesai memotong akar tersebut, tiba-tiba air sungai Tempunak menerjang dan kemudian menghantam hingga ke seberang Sungai Kapuas, lalu kemudian terbentuklah sungai kecil yang sekarang di sebut dengan nama sungai Tempunak Senik.
Setelah
itu, Merebai terus saja mudik ke hulu. Dia melihat banyak sekali bekas-bekas
perapian orang dan juga bekas api unggun disitu. Bekas itu adalah bekas
orang-orang yang ingin mencari garam, tetapi terhalang oleh akar Tempunak tadi,
sehingga mereka hanya berhenti sampai disitu. Kemudian Merebai pun melanjutkan
perjalanannya. Sampailah Merebai ini di bagian hulu Tempunak. Dia melihat
banyak sekali orang disitu. Dia merasa heran melihat orang-orang disitu, lidah
mereka semuanya berbulu karena tidak pernah makan garam. Karena mereka tidak
pernah makan garam, maka garam yang di bawa oleh Merebai tadi menjadi rebutan
orang-orang disitu.
Setelah
itu, Merebai mudik lagi untuk melanjutkan perjalanannya. Sampailah dia ke suatu
tempat, yaitu Nanga Selajan. Disitulah dia mengikatkan perahunya itu. Setelah
itu, Merebai langsung membuat rumah di Nanga Selajan. Setelah dia membuat
rumah, Merebai pulang balik ke Lungkung Manah untuk berbisnis garam. Setelah
itu, saking lamanya dia di Nanga Selajan tersebut, maka Merebai mempunyai istri
dan anak disitu.
Selama
dia disana, di Lungkung Manah, Merebai memasang bubu[1].
Karena sudah terlalu sering memasang bubu, maka dapatlah bubunya tersebut.
Dapat ikan Jelawat dua ekor. Sementara itu, istrinya yang ada di Nanga Selajan
sedang memasak nasi. Merebai terus saja melanjutkan pekerjaannya untuk memasang
bubu.
Karena
Merebai menggunakan celana sirat[2],
jadi ikannya disimpan di dalam celana siratnya tersebut. Ikan jelawat yang satu
disimpannya di dalam celana siratnya yang bagian depan, sementara itu yang
satunya disimpannya di dalam celana siratnya yang bagian belakang. Kemudian
ikan yang di celana sirat bagian belakang tersebut sudah tidak ada dagingnya
lagi, yang tersisa hanyalah tulang belakangnya saja. Daging ikan tersebut sudah
habis di makan oleh Jinnya Merebai karena Jin Merebai tersebut tinggal di dalam
celana siratnya. Jika orang lain pada saat itu Jinnya adalah Singa, Macan,
Harimau, dan sejenisnya, tetapi Jin milik Merebai ini lain, Jinnya adalah
Kepinding.
Setelah
itu, Merebai menggunakan suar[3]
dari bambu untuk mudik ke hulu. Kemudian bambu tersebut di hentakkannya di
samping rumahnya. Tiba-tiba bambu itu hidup dan kemudian menjadi bambu betung[4].
Setelah itu, Merebai mengangkut barang-barang makanan dan segala macam sembako
dan pergi ke hilir Tempunak. Tiba-tiba dia bertemu dengan seorang Toke[5].
kemudian Merebai pun naik ke atas pohon ara. Lalu orang-orang disitu melihat
dia naik ke atas pohon tersebut. Tiba-tiba dahan pohon ara tersebut terendam
sampai ke air karena saking beratnya Merebai. Merebai berat karena Jinnya itu.
Kemudian Toke yang bertemu dengannya tadi ingin mengikatkan tongkangnya[6] di
dahan pohon ara yang dinaiki oleh Merebai tersebut. “Jangan kalian mengikatkan
tongkang itu disitu, jika seperti itu akan bisa mengenai perut kalian. saya
tidak akan bertanggung jawab jika habis barang-barang kalian nanti.” Kata
Merebai kepada Toke tersebut.
Tetapi
toke tersebut tidak mau mendengar apa yang dikatakan oleh Merebai. Kemudian
turunlah Merebai dari dahan pohon ara itu. Setelah Merebai turun, dahan pohon
ara tersebut langsung menyimbat tongkang milik Toke tersebut. Lalu habislah
barang-barang mereka karena terkena dahan pohon ara tersebut. “Itulah kata saya
tadi, makanya saya tidak mengizinkan kalian untuk mengikatkan tongkang kalian
disitu. Rasakan sekarang!” Kata Merebai.
Selain
Merebai berjualan garam, ada rumah dan tanah, ada suar dari bambu betung,
Merebai juga terkenal karena dia mempunyai Jin. Bambu betung itu sampai saat
ini masih ada. Kalau dahulu kala, bambu betung itu pamali jika di lewati orang.
Makanya sekarang ada bukit disana, nama bukit itu adalah bukit Merebai. Bukit
Merebai inii terdapat diantara Jungkang dan Sungai Kura. Sampai saat ini pula
bukit itu masih ada.
Setelah
itu, Merebai lalu diangkat menjadi Tumenggung di Nanga Selajan karena dia
memiliki ilmu dan Jin, juga memiliki
garam dan bambu betung, serta terkenal.
~
S
e l e s a i ~
Nara Sumber : Menyuran, salah satu Tetua di Kecamatan Tempunak.
Nara Sumber : Menyuran, salah satu Tetua di Kecamatan Tempunak.
[1]
Alat untuk menangkap ikan yang terbuat dari bambu atau rotan, berbentuk
kerucut.
[2]
Penutup kemaluan yang terbuat dari kulit kayu.
[3]
Alat untuk mendayung perahu, ukurannya lebih kurang sepuluh meter.
[4]
Salah satu jenis bambu yang sangat bagus.
[5] Seseorang yang kaya, bos bagi yang miskin.
[6]
Kapal besi yang di dorong dengan menggunakan kapal motor.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar