Kamis, 10 November 2011

Inilah "Merebai" versi Bahasa Indonesia

“Merebai”

Ini adalah sebuah cerita dari zaman dahulu kala. Dahulu ada seorang yang berasal dari Lungkung Manah, tidak jauh dari bagian hulu Sepauk. Nama orang itu adalah Merebai. Pada saat itu, Merebai ini ingin menjual garam ke daerah hulu Tempunak. Tidak terlalu banyak garamnya, lebih kurang delapan ratus kilogram. Karena tidak ada jalan lain, maka Merebai melewati jalur sungai Tempunak.

Mudiklah Merebai ini dengan menggunakan perahu. Setelah agak jauh dia mudik, tiba-tiba dia melihat sungainya tidak bisa di lewati karena terhalang oleh akar Tempunak. Lalu Merebai mencoba untuk memotong akar tersebut. Akar itu sangat panjang sampai ke Nanga Kedah. Setelah selesai memotong akar tersebut, tiba-tiba air sungai Tempunak menerjang dan kemudian menghantam hingga ke seberang Sungai Kapuas, lalu kemudian terbentuklah sungai kecil yang sekarang di sebut dengan nama sungai Tempunak Senik.
Setelah itu, Merebai terus saja mudik ke hulu. Dia melihat banyak sekali bekas-bekas perapian orang dan juga bekas api unggun disitu. Bekas itu adalah bekas orang-orang yang ingin mencari garam, tetapi terhalang oleh akar Tempunak tadi, sehingga mereka hanya berhenti sampai disitu. Kemudian Merebai pun melanjutkan perjalanannya. Sampailah Merebai ini di bagian hulu Tempunak. Dia melihat banyak sekali orang disitu. Dia merasa heran melihat orang-orang disitu, lidah mereka semuanya berbulu karena tidak pernah makan garam. Karena mereka tidak pernah makan garam, maka garam yang di bawa oleh Merebai tadi menjadi rebutan orang-orang disitu.
Setelah itu, Merebai mudik lagi untuk melanjutkan perjalanannya. Sampailah dia ke suatu tempat, yaitu Nanga Selajan. Disitulah dia mengikatkan perahunya itu. Setelah itu, Merebai langsung membuat rumah di Nanga Selajan. Setelah dia membuat rumah, Merebai pulang balik ke Lungkung Manah untuk berbisnis garam. Setelah itu, saking lamanya dia di Nanga Selajan tersebut, maka Merebai mempunyai istri dan anak disitu.
Selama dia disana, di Lungkung Manah, Merebai memasang bubu[1]. Karena sudah terlalu sering memasang bubu, maka dapatlah bubunya tersebut. Dapat ikan Jelawat dua ekor. Sementara itu, istrinya yang ada di Nanga Selajan sedang memasak nasi. Merebai terus saja melanjutkan pekerjaannya untuk memasang bubu.

Karena Merebai menggunakan celana sirat[2], jadi ikannya disimpan di dalam celana siratnya tersebut. Ikan jelawat yang satu disimpannya di dalam celana siratnya yang bagian depan, sementara itu yang satunya disimpannya di dalam celana siratnya yang bagian belakang. Kemudian ikan yang di celana sirat bagian belakang tersebut sudah tidak ada dagingnya lagi, yang tersisa hanyalah tulang belakangnya saja. Daging ikan tersebut sudah habis di makan oleh Jinnya Merebai karena Jin Merebai tersebut tinggal di dalam celana siratnya. Jika orang lain pada saat itu Jinnya adalah Singa, Macan, Harimau, dan sejenisnya, tetapi Jin milik Merebai ini lain, Jinnya adalah Kepinding.
Setelah itu, Merebai menggunakan suar[3] dari bambu untuk mudik ke hulu. Kemudian bambu tersebut di hentakkannya di samping rumahnya. Tiba-tiba bambu itu hidup dan kemudian menjadi bambu betung[4]. Setelah itu, Merebai mengangkut barang-barang makanan dan segala macam sembako dan pergi ke hilir Tempunak. Tiba-tiba dia bertemu dengan seorang Toke[5]. kemudian Merebai pun naik ke atas pohon ara. Lalu orang-orang disitu melihat dia naik ke atas pohon tersebut. Tiba-tiba dahan pohon ara tersebut terendam sampai ke air karena saking beratnya Merebai. Merebai berat karena Jinnya itu. Kemudian Toke yang bertemu dengannya tadi ingin mengikatkan tongkangnya[6] di dahan pohon ara yang dinaiki oleh Merebai tersebut. “Jangan kalian mengikatkan tongkang itu disitu, jika seperti itu akan bisa mengenai perut kalian. saya tidak akan bertanggung jawab jika habis barang-barang kalian nanti.” Kata Merebai kepada Toke tersebut.
Tetapi toke tersebut tidak mau mendengar apa yang dikatakan oleh Merebai. Kemudian turunlah Merebai dari dahan pohon ara itu. Setelah Merebai turun, dahan pohon ara tersebut langsung menyimbat tongkang milik Toke tersebut. Lalu habislah barang-barang mereka karena terkena dahan pohon ara tersebut. “Itulah kata saya tadi, makanya saya tidak mengizinkan kalian untuk mengikatkan tongkang kalian disitu. Rasakan sekarang!” Kata Merebai.
Selain Merebai berjualan garam, ada rumah dan tanah, ada suar dari bambu betung, Merebai juga terkenal karena dia mempunyai Jin. Bambu betung itu sampai saat ini masih ada. Kalau dahulu kala, bambu betung itu pamali jika di lewati orang. Makanya sekarang ada bukit disana, nama bukit itu adalah bukit Merebai. Bukit Merebai inii terdapat diantara Jungkang dan Sungai Kura. Sampai saat ini pula bukit itu masih ada.
Setelah itu, Merebai lalu diangkat menjadi Tumenggung di Nanga Selajan karena dia memiliki ilmu dan Jin, juga  memiliki garam dan bambu betung, serta terkenal.

~ S e l e s a i ~

Nara Sumber : Menyuran, salah satu Tetua di Kecamatan Tempunak.








[1] Alat untuk menangkap ikan yang terbuat dari bambu atau rotan, berbentuk kerucut.
[2] Penutup kemaluan yang terbuat dari kulit kayu.
[3] Alat untuk mendayung perahu, ukurannya lebih kurang sepuluh meter.
[4] Salah satu jenis bambu yang sangat bagus.
[5]  Seseorang yang kaya, bos bagi yang miskin.
[6] Kapal besi yang di dorong dengan menggunakan kapal motor.

Tidak ada komentar:

Ritual Adat Tolak Bala

Tolak Bala merupakan suatu tradisi turun temurun yang digunakan untuk mengusir segala macam penyakit dan roh-roh jahat.